Dewa dengan 1900 Mata di Bandara Soetta
![]() |
Muhammad Awaluddin, Direktur Utama Angkasa Pura II Foto diambil dari website swa.co.id |
Penulis: Ayu Utami Saraswati
"Jadi belajar itu, bukan dari keberhasilan orang lain melainkan dari kegagalan orang lain. Karena kalau belajar dari keberhasilan orang lain kadang kita tidak tahu berhasilnya dimana atau cara dia berhasil. Tapi, kalau ada orang gagal, kita langsung tahu. Oh, kalau gitu, kita jangan melakukan (cara) itu"
Siang itu, Rabu 19 September 2018,
Infobank memenuhi janji berbincang dengan Direktur Utama PT Angkasa Pura II
(Angkasa Pura II), Muhammad Awaluddin, di Bandara International Soekarno Hatta
atau Bandara Soetta, Tangerang, Banten.
Setibanya disana, terlihat
Awaluddin sedang serius mengawasi hiruk pikuk bandara dari monitor-monitor di
dinding belakang meja kerjanya. Pemandangan unik itu Infobank tangkap tatkala
memasuki ruang kerja orang nomor satu badan usaha milik negara yang bergerak di
bidang pengelolaan dan pengusahaan Bandar udara di wilayah Indonesia bagian Barat
ini.
Monitor-monitor itu menunjukkan
kondisi seisi Bandara Soetta yang terekam oleh 1.900 kamera Closed Circuit Television (CCTV). Ribuan
kamera keamanan itu terpasang di berbagai sudut, mulai bagian dalam hingga luar
bandara. Awalludin menyebut kamera itu adalah mata dewa.
“Kebetulan, saya dewanya,” ujarnya, kepada Infobank.
“Kebetulan, saya dewanya,” ujarnya, kepada Infobank.
Sesaat setelah menyapa tim
Infobank, Awaludin pun mulai bercerita. Sambil sesekali menyeruput teh manis
hangat miliknya, ia mengungkapkan bahwa ternyata, terpasangnya ribuan CCTV di
semua terminal bandara adalah salah satu konsep Smart Airport di Angkasa Pura II berupa sistem Terminal Operation Centre sebagai bagian dari program memanfaatkan
teknologi digital. Diakuinya, sistem ini
memudahkan pekerjaannya untuk memantau dan mengawasi bandara setiap hari.
“Konsep ini saya menyebutnya mata
dewa. Karena apa, karena dengan CCTV, semua bisa kami monitor. Konsep monitoring operasinya lebih tajam karena
mereka bisa melihat langsung,” katanya.
Tak hanya dari layar monitor yang tersebar di seluruh terminal, mata dewa pun bisa diakses melalui ponsel pintar milik Awaluddin dan karyawan Angkasa Pura II lainnya. Selanjutnya, berbeda dari mata dewa, Angkasa Pura II juga memiliki aplikasi mobile yang memfasilitasi mobilisasi karyawan, seperti saat absen kerja yang bisa dilakukan dari aplikasi itu.
Selain itu, Angkasa Pura II baru
saja meresmikan aplikasi mobile untuk
calon penumpang pesawat dengan konsep Airport
in Your Hand. Dari aplikasi itu nantinya, penumpang bisa cek jadwal pesawat
serta melakukan check-in tanpa harus mengantri. Smart Airport sendiri, dijelaskan
Awaluddin, adalah pengintegrasian sebuah sistem infrastruktur, konten, orang,
atau komunitas dalam satu kesatuan sehingga dapat diakses oleh banyak orang dan
bisa dilakukan secara cepat.
“Sekarang semua bisa berbasis mobile Apps. Dulu waktu saya belum
gabung sini, belum ada,” ujar pria asal Betawi kelahiran 15 Januari 1968 ini.
Terang saja, ide mendigitalkan
Bandara Soetta tidak serta merta muncul. Awaluddin memiliki pengalaman panjang
selama 25 tahun bekerja di industri telekomunikasi. Ia pernah menjadi direksi
di PT Telkom Indonesia sebagai Direktur Enterprise &
Business Service periode 2012-2016 yang bertanggung jawab pada branding, positioning, dan inovasi produk.
“Saya beruntung. Karena ternyata,
basic knowledge di telekomunikasi
industri sama di transportasi industri itu sama, yaitu traffic management. Hanya kalau di telekomunikasi, traffic management-nya itu traffic data,
traffic suara, video, kemudian media transmisinya itu bisa transmisi radio, kabel
fiber optik, kabel tembaga, satelit. Nah, di transportasi itu ada traffic juga,
tapi traffic orang dan traffic barang,” katanya.
Di kala senggang, Awaluddin gemar
membaca buku biografi tokoh militer, manajemen, strategi, dan buku tentang
teknik leadership. Buku yang paling
disukainya kini adalah buku biografi dan kisah-kisah seseorang dalam meraih sukses.
Baginya, mengambil sisi positif dari pengalaman kegagalan orang lain melalui
setumpuk buku adalah pembelajaran yang tepat.
“Jadi belajar itu, bukan dari
keberhasilan orang lain melainkan dari kegagalan orang lain. Karena kalau
belajar dari keberhasilan orang lain kadang kita tidak tahu berhasilnya dimana
atau cara dia berhasil. Tapi, kalau ada orang gagal, kita langsung tahu. Oh,
kalau gitu, kita jangan melakukan (cara) itu,” ucap ayah tiga anak yang
mengidolakan Jenderal Soedirman ini.
Pembelajaran itu juga yang coba
Awaluddin bawa ke perusahaan pimpinannya saat ini. Dimana, ia mendorong
karyawannya untuk berani merasa gagal
karena kegagalan bukan sebuah dosa, melainkan karena telah berani mencoba
melakukan inovasi-inovasi baru. Asal, tetap menjaga konsistensi dan
persistensi.
“Karena bisa saja kita ketemu
cara terbaiknya itu setelah dua, tiga
atau mungkin lebih dari beberapa kali kita gagal mencoba. Oh, ini ternyata
model yang tepat,“ tutup pria yang bila dilahirkan kembali, ingin menjadi kepala
dinas kebersihan ini.
*Artikel ini sudah terbit di Majalah Infobank*
![]() |
nyelip foto selfie dengan Beliau setelah wawancara, hehehe... |
Komentar
Posting Komentar